Kebangkrutan Terorisme Individual

Leon Trotsky (1909)

 


Penerjemah: Ted Sprague (November 2009), dari "The Bankruptcy of Individual Terrorism", Trotsky Internet Archive.

Artikel in pertama kali terbit di koran sosial demokrasi Polandia, Przeglad Socyaldemokratylczny, Mei 1909.


Selama satu bulan penuh, perhatian semua orang yang bisa membaca dan berpikir, di Rusia dan di seluruh dunia, terfokus pada Azef [1]. Kasusnya diketahui oleh setiap orang dari koran-koran dan dari berita-berita perdebatan di Duma mengenai permintaan yang dikemukakan oleh deputi-deputi Duma untuk keterangan tentang Azef.

Sekarang Azef sudah mulai surut ke latar belakang. Namanya semakin jarang muncul di koran-koran. Akan tetapi, sebelum meninggalkan Azef untuk selamanya ke tumpukan sampah sejarah, kami pikir perlu untuk meringkas pelajaran politik yang paling penting – bukan mengenai konspirasi macam Azef, tetapi mengenai terorisme secara keseluruhan, dan sikap-sikap yang dipegang oleh partai-partai politik utama di negara ini terhadapnya.

Teror individual sebagai metode untuk revolusi politik merupakan kontribusi ‘nasional’ dari Rusia kita.

Tentu saja, pembunuhan ‘raja yang lalim’ adalah hampir setua institusi ‘kerajaan lalim’ itu sendiri; dan penyair dari semua abad sudah menulis lebih dari beberapa syair untuk menghormati pisau pembebasan tersebut.

Tetapi, teror yang sistematis, yang bertujuan membunuh kepala negara yang lalim, menteri-menteri, para monarki – ‘Sashka’ (julukan untuk Tsar Alexander II dan III), seperti yang dirumuskan olehanggota Narodnaya Volya (Kehendak Rakyat) pada tahun 1880an – teror semacam ini, yang beradaptasi terhadap hirarki birokratisnya absolutisme dan menciptakan untuk dirinya sendiri birokratis revolusioner, merupakan produk dari kekreatifan yang unik dari kaum intelektual Rusia.

Tentu saja harus ada alasan yang mendasar untuk ini – dan kita harus mencarinya, pertama, dari watak otokrasi Rusia, kedua, dari watak kaum intelektual Rusia.

Sebelum gagasan untuk menghancurkan absolutisme dengan cara yang mekanikal bisa mendapatkan popularitas, aparatus negara harus dilihat secara murni sebagai organ penindas yang eksternal, yang tidak mempunyai akar di dalam organisasi sosial itu sendiri. Dan seperti inilah otokrasi Rusia terlihat oleh kaum intelektual revolusioner.

Basis Sejarah dari Terorisme Rusia

Ilusi ini mempunyai basis sejarahnya sendiri. Tsar-isme terbentuk di bawah tekanan dari negara-negara di Barat yang kebudayaannya lebih maju. Agar supaya bisa bertahan di dalam kompetisi, czar-isme haruslah mengeringkan darah rakyat, dan di dalam aksi tersebut dia juga harus memotong basis ekonomi daripada kelas-kelas atas yang mempunyai hak istimewa. Dan karena itu, kelas-kelas tersebut tidak mampu mencapai level politik yang tinggi yang sudah dicapai kelas-kelas atas di Barat.

Terhadap ini, di abad ke-19, ditambahkan tekanan kuat dari bursa efek Eropa. Semakin banyak jumlah utang yang dia berikan kepada rezim tsar, semakin berkurang ketergantungan tsar-isme terhadap relasi ekonomi di dalam negeri.

Dengan menggunakan kapital dari Eropa, tsar-isme mempersenjatai dirinya sendiri dengan teknologi militer dari Eropa, dan maka dari itu tsar-isme berkembang menjadi organisasi yang “mandiri” (tentu saja secara relatif), menempatkan dirinya di atas semua kelas di dalam masyarakat.

Situasi seperti ini secara lazim akan melahirkan ide untuk menghancurkan super-struktur (institusi politik, legalitas, dan sosial yang merupakan refleksi dari sistem ekonomi di negara tersebut – catatan penerjemah) yang tidak relevan ini dengan dinamit.

Kaum intelektual sudah berkembang di bawah tekanan langsung dari Barat; seperti musuh mereka, yaitu sang negara, kaum intelektual mendahului tahap perkembangan ekonomi bangsa – sang negara secara teknologi; kaum intelektual secara ideologi.

Sedangkan di masyarakat borjuis yang lebih tua di Eropa, ide revolusioner berkembang kurang lebih bersamaan dengan perkembangan kekuatan revolusioner secara umum, di Rusia kaum intelektual mendapatkan akses ke ide politik dan kebudayaan yang sudah siap-jadi dari Barat dan pemikiran mereka menjadi revolusioner sebelum perkembangan ekonomi Rusia melahirkan kelas revolusioner yang serius darimana kaum intelektual revolusioner tersebut bisa mendapatkan dukungan.

Ketinggalan Zaman Oleh Sejarah

Di bawah kondisi-kondisi tersebut, tidak ada yang tersisa bagi kaum intelektual kecuali melipatgandakan kegairahan revolusioner mereka dengan kekuatan peledak nitro-glycerin (dinamit – catatan penerjemah). Maka dari itu, lahirlah terorisme klasik Narodnaya Volya.

Teror Sosial Revolusioner (SR, Social Revolutionaries) pada umumnya merupakan hasil dari produk sejarah yang sama: kelaliman negara Rusia yang “mandiri” di satu pihak, dan “kemandirian” kaum intelektual revolusioner Rusia di lain pihak.

Tetapi dua dasarwasa tidaklah berlalu tanpa mempunyai beberapa efek, dan pada saat teroris gelombang kedua menampakkan dirinya, mereka melakukannya sebagai peniru, ditandai dengan label “ketinggalan zaman oleh sejarah”.

Periode kapitalisme “Sturm und Drung” (badai dan stress) pada tahun 1880an dan 1890an menghasilkan dan memperkuat sebuah kelas ploletariat industri yang besar, yang membuka jalan ke daerah pedalaman yang terisolasi secara ekonomi dan menghubungkannya lebih dekat dengan pabrik dan kota.

Di belakang Narodnaya Volya, benar-benar tidak ada kelas revolusioner. SR tidak ingin mengakui kaum proletar revolusioner; setidaknya mereka tidak mampu menghargai arti sejarah kelas proletar secara penuh.

Tentu saja, seseorang bisa mengumpulkan selusin kutipan dari tulisan-tulisan SR yang menyatakan bahwa mereka mengadakan teror bukan sebagai pengganti perjuangan rakyat tetapi bersama-sama dengan perjuangan rakyat. Tetapi kutipan-kutipan tersebut hanya membuktikan perjuangan yang dilakukan oleh perumus ideologi teror terhadap kaum Marxis – teoritisi perjuangan rakyat.

Tetapi ini tidak merubah apapun. Secara pokok, kerja teroris memerlukan konsentrasi energi yang sangat besar untuk “momen besar”, penilaian yang terlalu tinggi terhadap kepahlawanan individu, dan pada akhirnya sebuah konspirasi yang “rapat”, yang – bila tidak secara logika maka secara psikologi – meniadakan kerja organisasi dan agitasi di dalam masyarakat.

Untuk para teroris, di dalam seluruh medan politik hanya ada dua fokus utama: pemerintah dan Organisasi Kombat. “Untuk sementara, pemerintah siap mentolerir keberadaan tendensi-tendensi lainnya,” Gershuni (seorang pendiri Organisasi Kombat SR) menulis kepada kameradnya pada saat ia berhadapan dengan hukuman matinya “tetapi pemerintah memutuskan untuk mengarahkan semua serangannya untuk menghancurkan partai SR.”

“Saya sungguh-sungguh percaya,” kata Kalayev (teroris SR yang lain) yang menulis pada momen yang serupa, “bahwa generasi kita, dipimpin oleh Organisasi Kombat, akan menghapus otokrasi.”

Semua yang diluar kerangka teror hanyalah merupakan latar belakang untuk perjuangan; atau dalam keadaan yang terbaik, hanya merupakan dukungan sekunder. Dalam kilasan cahaya ledakan bom yang membutakan, partai politik dan garis pemisah perjuangan kelas hilang tanpa jejak.

Dan kita mendengar suara orang-orang romantis yang terbaik, dan praktisioner terbaik dari terorisme baru, Gershuni, mendesak kameradnya untuk “hindari perpecahan tidak hanya dengan barisan revolusioner, tetapi juga dengan partai oposisi secara umum.”

Logika Terorisme

“Bukan sebagai pengganti rakyat, tetapi bersama-sama dengan rakyat.” Akan tetapi, terorisme sebagai bentuk perjuangan adalah terlalu “absolut” untuk bisa terpuaskan dengan peran yang terbatas dan sekunder di dalam partai.

Lahir dari absennya kelas revolusioner, kemudian terbentuk kembali oleh kurangnya kepercayaan terhadap massa revolusioner, terorisme hanya bisa mempertahankan dirinya dengan mengeksploitasi kelemahan dan disorganisasi massa, mengecilkan kemenangan massa, dan membesar-besarkan kekalahan massa.

“Mereka melihat bahwa mengingat modernnya persenjataan saat ini, tidaklah mungkin bagi massa untuk menggunakan garpu rumput dan pentungan – senjata tua rakyat – untuk menghancurkan Bastilles di jaman modern ini,” kata pengacara pembela Zhdanov merujuk kepada para teroris pada waktu pengadilan Kalyaev.

“Setelah 9 Januari (“Bloody Sunday” atau “Minggu Berdarah”, yang menandakan mulainya revolusi 1905), mereka melihat dengan jelas apa yang terlibat, dan mereka menjawab senapan mesin dengan pistol dan bom; inilah barikade abad ke-20.”

Pistol pahlawan individual daripada pentungan dan garpu rumput rakyat; bom daripada barikade – inilah formula sebenarnya dari terorisme.

Dan apapun peran sekunder yang diberikan kepada teror oleh teoritisi “palsu” dari partai tersebut, pada kenyataannya teror selalu menempati posisi kehormatan yang spesial. Dan Organisasi Kombat, yang ditempatkan di bawah Komite Sentral oleh pejabat hirarki partai, secara tidak terelakkan menempati posisi di atas Komite Sentral, di atas partai dan semua kegiatan partai – sampai nasib buruk menempatkannya di bawah departemen kepolisian.

Dan inilah sebab yang sebenarnya mengapa keruntuhan Organisasi Kombat, yang diakibatkan oleh konspirasi polisi, secara tidak terelakkan juga berarti keruntuhan politik partai tersebut.


Catatan:

[1] Yevno Azef (1869-1918) adalah seorang anggota komite sentral SR (Socialist Revolutionary). Pada tahun 1903 dia menjadi ketua dari Organisasi Kombat SR yang merupakan organisasi teroris dari SR. Ternyata, Yesno Azef adalah mata-mata dari polisi rahasia Tsar, Okhrana.